Saat sudah diberi resep antibiotik, karena alasan tertentu seringkali pasien lupa minum atau bahkan tidak menghabiskannya. Apa efeknya?
Menurut Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA), dr Harry Parathon, SpOG(K), kondisi ini dapat menimbulkan resistensi antibiotik. Jangan anggap remeh, kondisi ini bahkan dapat menimbulkan kematian.
"Resistensi antibiotik dapat menyebabkan kematian, karena antibiotik tak bisa lagi membunuh bakteri penyebab penyakit. Biasanya ini karena kurangnya kepatuhan pasien," ujar dr Harry.
Hal tersebut ia sampaikan dalam temu media Pfizer Press Circle: 'Pentingnya Kepatuhan Penggunaan Antibiotik', yang diselenggarakan di Hotel Akmani, Jl KH Wahid Hasyim, Jakarta
Selain itu, dr Harry menyebutkan bahwa hal ini mungkin terjadi karena saat ini pasien sangat mudah membeli antibiotik tanpa resep di apotek. Padahal seharusnya antibiotik tidak dijual bebas.
"Tak sedikit juga kan orang yang suka menyimpan antibiotik di rumah, bahkan ada juga yang suka memaksa dokter meresepkan antibiotik. Ini jelas dapat mendorong terjadinya resistensi antibiotik," imbuh dr Harry.
Oleh sebab itu, ikuti instruksi dokter dengan baik saat diresepkan obat, terutama antibiotik. Hindari juga sembarangan minum antibiotik tanpa resep dokter.
Dokter yang praktik di RS Dr Soetomo Surabaya ini memperkirakan mulai tahun 2050 akan ada 10 juta kematian akibat resistensi antimikroba per tahunnya, yang mana di antaranya 4,6 juta kematian akan terjadi di Asia, termasuk Indonesia.
"Saat ini Thailand angka kematian akibat resistensi antibiotik berada di sekitar 38 ribu jiwa per tahun, di Indonesia mungkin sekitar 135 ribu jiwa per tahun. Untuk itu, kesadaran masyarakat tentang bahaya resistensi antibiotik perlu ditingkatkan," pesan dr Harry.
[DetikHealth]
-----------------------
Yuk sebarkan, Semoga bermanfaat grin emoticon