ISIS Jual Minyak, Siapa Pembelinya ?
Berkat perdagangan minyak ilegal, jutaan dolar diraup oleh kelompok teroris ISIS dan isi pundi-pundi mereka yang menguasai wilayah Suriah, Irak, dan sebagian Lebanon itu pun penuh setiap hari. Meskipun baru dugaan, perkiraan bervariasi antara US$ 1 juta dan US$ 1.5 juta per hari. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, miliaran dolar perdagangan minyak ISIS telah terjadi sejak pertengahan 2014.
Hal itu dikemukakan oleh Carole Nakhle, pendiri dan Direktur Crystol Energy sebuah perusahaan riset dan pelatihan tentang sumber daya alam di London.
"Angka-angka itu berdasarkan estimasii produksi harian di ladang minyak yang berhasil direbut oleh ISIS, termasuk ladang minyak terbesar milik Suriah yang bisa menghasilkan 30.000 hingga 40.000 barel per hari," tulis Nakhle seperti dilansir dari Aljazeera, Minggu 6 Desember.
"Sementara ISIS menjual minyak itu seharga US$ 20 hingga US$ 40 per barel," kata Nakhle lagi.
ISIS tidak hanya merekrut bomber bunuh diri, namun mereka juga punya ahli minyak dan insinyur serta operator untuk menjalankan proses kilang minyak. Dan sejauh ini mereka sukses.
"Tak terbayangkan bagaimana sebuah kelompok teroris macam ISIS bisa menjalankan pelayanan dan pekerjaan ini. Apakah mereka menjanjikan bayaran yang luar biasa mahalnya hingga para ahli tak tahan untuk menolak, atau mereka tinggal tarik pelatuk siapapun yang menolaknya?" kata Nakhle lagi.
Ladang minyak, terutama yang kini dikuasai ISIS adalah sumur-sumur yang tua. Mereka membutuhkan perawatan yang berkesinambungan dalam mencapai produksi yang tepat.
Namun, menurut Nakhle, perawatan itu tidak murah. Maka dari itu, ia mempertanyakan sampai sejauh mana ISIS bisa mempertahankan bisnis menggiurkan tersebut. Sementara produksi makin menurun. Kendati demikian, mereka tidak perlu khawatir karena itu tidak akan terjadi dalam semalam. Bisa bertahun-tahun, bahkan berdekade-dekade.
Siapa Pembelinya ?
Menurut Direktur Crystol Energy, yang patut dicurigai adalah perdagangan ilegal yang selama ini mendukung ISIS tetap eksis. Tak hanya mendukung secara finansial untuk merekrut member baru, membeli senjata dan menjalankan propaganda, namun juga memperkuat posisi mereka semenjak minyak-minyak itu dipakai untuk orang lokal serta membuat kelompok itu makin eksis.
Sebuah pertanyaan besar dan kritis mengemuka, terlepas bagaimana ISIS memproduksi minyak, adalah siapa yang membeli minyak mereka. Selain pasar gelap, tentu jawabannya sungguh meresahkan.
"Tuduhan di berbagai tingkatan telah diluncurkan. Namun, sejauh ini belum ada bukti kuat," ujar dia lagi.
Setelah insiden penembakan jet Rusia oleh Turki, Negara Beruang Merah melontarkan tuduhan bahwa Ankara telah memfasilitasi perdagangan minyak ISIS.
Turki membela diri dengan mengatakan, Rusia melindungi Presiden Assad yang merupakan salah satu klien ISIS.
"Level tuduhan pembeli minyak ISIS sudah setinggi itu. Hal ini membuat kita berpikir betapa mengerikan kenyataan bahwa pasar gelap sudah begitu rapi terorganisir. Dan jika benar adanya, pasar gelap sangat aktif di Irak, Suriah dan Turki," kecam Nakhle.
Para penyidik mungkin beruntung bisa mengidentifikasi beberapa individu atau organisasi, tetapi akan naif untuk percaya bahwa suatu sistem yang kompleks dapat dengan mudah terkena rayuan untuk terlibat dalam perdagangan gelap, seperti pemerintahan contohnya.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua mereka yang terlibat dalam perdagangan gelap adalah mereka yang korup.
"Ada klien yang tidak konvensional yang mengandalkan minyak ISIS untuk bertahan hidup. Mereka memikirkan jutaan orang yang tinggal di daerah yang ISIS kendalikan karena membutuhkan akses ke diesel untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka untuk listrik, pemanas dan mobilitas," bebernya lagi.
"Beberapa pemberontak, musuh ISIS sendiri, juga ironisnya jatuh dalam kategori itu karena mereka tidak punya pilihan lain. Dan ada pengemudi truk, kebanyakan warga sipil, yang mengangkut minyak ISIS untuk penyelundup, pedagang dan tengkulak yang sangat membutuhkan sebagai sumber pendapatan mereka," tambah Nakhle.
Tidak Ada Sirih Dan Peluru Ajaib.
Beberapa berpendapat bahwa satu-satunya jalan keluar adalah untuk benar-benar menonaktifkan ladang minyak itu dengan membom mereka.
Jika maksudnya adalah untuk menyebabkan kerusakan permanen pada aset itu, maka warga sipil, serta harapan untuk membangun kembali industri lokal pasca-ISIS, akan menderita. Pilihan lain akan menghancurkan fasilitas transportasi - yaitu truk.
"Di sini ada tantangannya, yaitu keterlibatan warga sipil," katanya lagi.
Ia menegaskan, bahwa perdagangan minyak bukan satu-satunya sumber pendapatan untuk ISIS. Ada perdagangan narkoba, kejahatan, penyanderaan, perdagangan barang antik, pajak dan sumbangan juga memainkan peran penting.
"Percayalah, tidak ada satu sihir atau peluru ajaib untuk mengakhiri perdagangan minyak ISIS ini, terlepas dari siapa yang melakukan kampanye militer," tulis Nakhle lagi.
Turki dapat memberikan kontribusi besar dengan memperketat pengawasan perbatasan, tetapi langkah tersebut saja tidak akan cukup. Dalam keadaan normal, minyak dapat lebih mudah diangkut dari sumber energi lainnya, seperti gas alam.
Dalam kasus ini, bagaimanapun, adalah jelas kutukan. Bahkan jika Turki melarang setiap perdagangan yang datang dari Suriah, rute pelarian lainnya akan segera mudah ditemukan.
"Titik awal untuk solusi yang lebih efektif adalah kerjasama yang lebih erat antara pemerintah daerah dan internasional, terutama dalam hal koordinasi upaya dan strategi militer dan berbagi intelijen untuk mengekspos siapa saja pemain yang terlibat," usul Nakhle.
Namun, meningkatnya konfrontasi antara Turki dan Rusia hanya menempatkan masyarakat internasional salah tingkah di mata publik dalam cara melawan ISIS.
Sumber : news.liputan6.com